Sehari di Nara

Menikmati tempat-tempat terbaik hanya dalam waktu 6 jam

Berjarak hanya 45 menit dari Kyoto maupun Osaka, Nara mulai menjelma sebagai salah satu destinasi populer bukan hanya di wilayah Kansai, tetapi juga di Jepang. Kota kecil yang dulu pernah menjadi pusat pemerintahan Jepang ini menyimpan banyak bangunan bersejarah, lahan terbuka yang segar, dan yang paling populer, tentu saja, 'penduduk' yang unik dan ramah. Di atas itu semua, yang akhir-akhir ini membuat Nara digandrungi para wisatawan adalah kemungkinan untuk menjadikannya sebagai one-day trip.

Saya melakukannya ketika sedang berlabuh di Osaka. Karena sempat hujan (dan karena saya juga tahu kalau jaraknya sangat dekat), saya baru meninggalkan hotel dan bergerak menuju Nara setelah jam makan siang. Keluar dari stasiun JR Nara, atmosfer sejuk nan damai khas kota kecil menyapa saya di bawah langit yang masih mendung. Suasana seperti ini jelas akan lebih menyenangkan kalau dinikmati dengan berjalan kaki.

Karenanya, alih-alih menaiki bus, saya lebih tergiur untuk berjalan kaki menelusuri Sanjo-dori yang membentang di hadapan saya, dengan deretan restoran, toko-toko cenderamata, dan konbini di sisi kiri dan kanan jalan. Keputusan ini pun ternyata sangat tepat, karena dengan berjalan kaki saya jadi dapat menemukan salah satu kudapan khas Jepang yang pembuatannya dilakukan langsung di hadapan saya: yomogi mochi! Menikmati kue kenyal ini pun semakin menyenangkan karena hanya berjarak beberapa langkah dari toko mochi itu, saya menemukan Sarusawa-ike, sebuah kolam besar berpagarkan pepohonan merah khas musim gugur.

Di seberang kolam, area kuil Kofuku-ji menjadi pembuka wisata sejarah sekaligus wisata alam saya di Nara. Bangunan pagoda lima tingkat serta aula beratap segi delapannya memancarkan aura Jepang kuno yang sangat kental, dan terasnya yang hening seolah-olah mengajak saya untuk terus bergerak ke dalam, memasuki area taman yang sudah nampak dari kejauhan. Ketika sadar, saya mendapati diri saya sudah berada di kawasan Nara Park.

Ini dia jantung kota Nara. Saya bergumam pada diri sendiri, selagi berjalan memasuki area rindang yang luas—dimana pemandangan yang saya yakin beberapa waktu lalu masih berwarna hijau segar, sekarang telah menyala dengan sentuhan oranye dan merah dimana-mana. Sejauh mata memandang yang saya lihat adalah lahan hijau tak berujung, berisi manusia-manusia yang datang bersama pasangan atau keluarga mereka—menyadarkan saya betapa besarnya Nara Park ini.

Langkah saya pun terhenti ketika saya mendapati sesosok 'penduduk' Nara Park sedang berjalan menghampiri saya, dengan kaki-kaki yang kotor karena menapaki tanah yang berlumpur tersiram hujan. Seekor rusa Nara melintas tanpa ragu, seakan-akan saya ini adalah salah satu temannya. Rusa-rusa di Nara memang dibiarkan berkeliaran begitu saja sehingga tak sedikit dari mereka yang berinteraksi dengan pengunjung, bahkan meminta makan. Jumlahnya pun banyak sekali! Mengisi lahan-lahan kosong di sudut taman, melengkapi indahnya pemandangan alam dengan alas dedaunan merah dan pepohonan berdahan jingga. Bagi saya, entah mengapa, rusa-rusa inilah yang paling berkesan dari kunjungan ke Nara.

One-day trip saya berakhir di Todai-ji Temple, sebuah kuil Buddha terpenting di Jepang yang dibangun pada tahun 752. Satu hal yang paling membuat saya terpana akan kuil ini adalah bangunan utamanya yang sangat megah, yang ternyata merupakan bangunan kayu terbesar di dunia. Terasnya pun didesain sedemikian rupa sehingga perjalanan dari gerbang masuk menuju aula utama terasa begitu dramatis. Bukan hanya itu, patung Buddha perunggu di dalamnya pun berukuran sangat besar (setinggi 15 meter) dan menyuguhkan kesan agung yang sangat kuat—membuat siapapun tidak ingin banyak berbicara, dan hanya ingin memandangi kecantikan patung itu selama berada di dalam bangunan. Dengan segala komponennya yang begitu memukau, tak heran kalau kuil ini menjadi ikon Kota Nara.

Selesai dengan kompleks kuil Todai-ji, saya pun bergegas kembali ke stasiun dengan mengarungi kembali segala kecantikan Nara yang sudah saya lewati: rusa-rusa yang enerjik, Nara Park yang asri, Kofuku-ji yang megah, serta Sanjo-dori yang begitu hidup. Melintasi kembali apa yang baru saja saya lintasi, tanpa sedikitpun merasa bosan. Well, ternyata Nara benar-benar tahu caranya memperkenalkan diri kepada para pengunjung, bukan?

0
0
Este artigo foi útil?
Help us improve the site
Give Feedback

Deixar um comentário

Thank you for your support!

Your feedback has been sent.